First Destination in 2013: Belitong (Day 3 and 4)

Language: Bahasa

Please deh Nyo, udah tiga bulan baru di posting! hahaha maafkeun saya yah, tapi keinginan saya untuk menyelesaikan cerita ini kuat kok, hanya waktunya yang tidak kuat. hahahah

Oke, sebelum kita mulai, ada baiknya saya memberi saran bijak (sok iyah bangetsss), yaitu: 
"cek tiket penerbangan anda sebelum pulang, dengan sangat detil".

Mari mulai!

9 Januari 2013

Setelah bersenang-senang dan berhujan-hujan kemarin, akhirnya saya akan pulang juga ke Jakarta. Sekitar jam 8, Ki Uban menjemput kami di hotel untuk mengantar saya dan Andre ke Bandara, mobil juga rencananya akan disewa setengah hari saja. Malam sebelumnya vita menanyakan jam keberangkatan pesawat saya. Saat lihat di print-out sih jam 3 sih~
 
Sehabis dijemput, kami langsung pergi ke Museum Tanjung Pandan, yaitu salah satu destinasi warga lokal saat liburan karena selain Museum, didalam bangunan ini juga terdapat taman bermain anak-anak dan juga kebun binatang mini. (sayangnya kebun binatang tersebut kurang terawat) :(
Me with Mighty Dragon! @ Tanjung Pandan Museum

Rumah adat Belitung adalah destinasi kami selanjutnya setelah Museum Tanjung Pandan. Rumah ini dijaga oleh pegawai pemda, seorang perempuan yang ramah, bahkan memperbolehkan kami untuk menggunakan barang-barang adat yang ada di rumah ini dan juga kita boleh loh memakai baju pengantin adat Belitung :) (si Vita tuh yang pakai) :D

Vita with Belitong traditional wedding dress~
Dari Rumah Adat, kita lanjut beli perkedel kepiting, termasuk makanan yang paling wooooow enaknya di Belitung ;) Ki Uban mengantar kami kepembuatnya langsung (karena ada yang didistribusikan melalui warung makan juga). Harga perkedel kepiting satuan adalah IDR 5.000 (yah, menurut saya antara mahal dan tidak sih, karena cukup kecil, tapi rasanya sangat mantap! jadi ya enggak begitu sayang juga mengeluarkan uang IDR 30.000 untuk beli setengah lusin perkedel kepiting!)

Setelah itu, saya (paksa) Ki Uban untuk mengantar kami ke Danai Kaolin, karena saat saya ada di pesawat, saya begitu terpana melihat beautiful disaster dengan warna yang cantik. Kenapa saya bilang disaster? karena, menurut mbah gugel dan juga Ki Uban, danau-danau tersebut adalah hasil nyata dari ekploitasi Kaolin (bahan tambang yang biasa digunakan untuk produk kosmetik) yang cukup "mengeruk" tanah Belitung. 
This is: The Beautiful Disaster
And the real disaster begin...

Dari danau Kaolin, kami berencana pergi ke ATM, karena Vita/Anggi ingin mengambil uang di BCA, saat setelah mengambil uang, Vita memberitahu saya bahwa dia melihat Jadwal penerbangan Batavia hanya ada 2 kali sehari dan itu bukan jam 3. Saya langsung PANIK! kami berinisiatif untuk langsung ke kantor perwakilan Batavia air, ternyata dekat dengan tempat kita membeli perkedel kepiting. 

Ternyata ada kesalah pahaman dan miskomunikasi antara saya dan pihak Batavia (pantesan bangkrut, manajemennya ga bagus banget!)

Kesalahan saya:
1. Saya membawa print out yang saya print bulan Oktober, (padahal saya ngeprint juga pas bulan Desember, namun ternyata tidak saya bawa dan ada di Kosan).
2. Saya lupa kalau ada perubahan jam terbang. (tapi ini juga kesalahan pihak Batavia, karena saya hanya diberitahu bahwa jam penerbangan diubah 1 kali, namun di system data pihak Batavia menyebutkan bahwa mereka sudah memberitahu saya 2 kali, LOH?!!!)

Kesalahan pihak Batavia:
1. Tidak menelepon saya, padahal saya sudah check-in via mobile Batavia (prosedur keberangkatan, salah satunya adalah menelepon/menghubungi penumpang yang tidak ada dikabin pesawat, padahal sudah check-in)
2. Saya tidak merasa di telepon batavia untuk perubahan jadwal sebanyak 2 kali, dan ternyata setelah diperiksa, yang menerima telepon untuk tiket atas nama saya dan Andre adalah Anggi. Yak. Anggi. WHY ANGGI? Anggi memang ikut dalam perjalanan ini, tapi sebelum ke Belitung, saya belum kenal dengan Anggi, bahkan pembelian tiket kami terpisah, saya dan Andre, Vita dan Anggi. Hal inilah yang membuat saya meminta tolong Vita (yang pakar nyolot :p) untuk berargumen dengan pihak Batavia. Mereka tidak mendengarkan, dan meminta kami pulang serta memberitahu keluhan kami jika sudah terselesaikan.

Sehabis itu, saya langsung lemas, karena saya "cukup" pelit dalam perjalanan ini hehehe, tidak ingin terlalu berhambur tadinya, eh ternyata saya harus beli tiket pesawat baru. Dan tekat saya amat bulat kalau saya harus naik Sriwijaya Air, dapet makan pula! hahaha.... Setelah membeli tiket Sriwijaya dengan harga IDR 350.000++, saya langsung meminta diantar pulang ke hotel (dan kami tidur dikamar Vita dan Anggi, karena saya sudah check out). Kami mengucapkan terima kasih kepada Ki Uban yang sudah memberikan bantuan dan pelayanan yang outstanding! Saat sampai di hotel, saya dan Andre sudah berada dalam keadaan bad mood dan memilih untuk duduk-duduk dipantai belakang hotel, sedangkan Vita dan Anggi menyewa motor matic karena mereka ingin berjalan-jalan dan berenang di pantai Tanjung Tinggi  

Sampai sore, hujan masih cukup deras, saya dan Andre mengkhawatirkan Vita dan Anggi yang pergi ke pantai Tanjung Tinggi...namun tidak lama, akhirnya Vita dan Anggi pulang dengan agak basah-basahan dan mereka bercerita bahwa mereka "ketiup angin" hahahaha... Sehabis magrib, Vita dan Anggi mau keluar lagi naik motor untuk mencari makan malam, rencananya mereka akan membeli martabak dan pampi, saya juga nitip makanan kepada mereka karena mood masih berantakan. oh iya, saat magrib tiba, pihak Batavia Tanjung Pandan menelepon saya dan berkata bahwa mereka akan mereschedule jadwal terbang saya. Whaaaat?! haduh, karena sudah terlanjur beli Sriwijaya, saya bilang bahwa saya mau refund saja dan mereka menyetujuinya. Sebenarnya ini termasuk pelayanan problem-solving yang cukup cepat, saya cukup salut (tapi, ternyata ini ada andil dari pihak "rekanan" saya juga yang mem-push pihak 'sana' :p). 

Tanjung Pandan black out night

Saat Vita dan Anggi pergi membeli makanan, hujan turun deras sekali, angin juga bertiup kencang. Saya sebenarnya khawatir karena hotel kami kan dipinggir pantai T_T. Ketika ada satu petir yang cukup membuat saya kaget, seketika itu juga mati listrik! tidak ada genset di hotel kami. Ketika Anggi dan Vita kembali, mereka bercerita bahwa saat ada petir kencang, ada yang bersembunyi ke bawah meja abang-abang penjual pampi! ahahahahaha dan di kota pun mati listrik juga, jadi kami pasrah saja. Sampai kami terlelap, listrik masih belum juga menyala. Ya Nasib. hahaha 

10 Januari 2013

Going Home.

Pagi hari. ternyata yang menjemput kami adalah bossnya Ki Uban, kami kira Ki Uban yang menjemput kami hehehe. Pak B mengajak kami sarapan mie Atep dan berbincang mengenai permasalahan tiket kami kemarin. Pak B ternyata menelepon pihak Batavia yang memang mereka sudah kenal untuk menyelesaikan masalah tiket, saya senang sekali karena Pak B sangat perhatian dengan kami. 

FYI: expense kami disana tidak pernah ditagih loh oleh pak B, jadi kami juga inisiatif untuk menambah tips dan lain-lain saat kami membayar semua expense kami saat tiba di Bandara. Thank You pak B, saya pasti kembali menjelajah Belitung lebih dalam!

Saya dan Andre, serta Vita dan Anggie ternyata jam keberangkatannya tidak beda jauh, tapi ya tentunya beda pesawat dong. Saat masuk boarding room, saya melihat mas-mas dan mbak-mbak yang bersiteru dengan kami kemarin memperhatikan kami saat jalan dong. :)

the rebound love, Sriwijaya Air <3

Pulang, senang! (besoknya langsung kerja T_T)

Cheers,

0 comments