Dilan. Dia adalah Dilanku tahun 1990

I love to read, saya suka sekali membaca, dari komik hingga novel.. sampai ensiklopedia. hehehe..

Seperti postingan sebelumnya, Februari saya tidak berbunga-bunga seperti layaknya dua muda-mudi yang mengadakan selebrasi romansa diantara mereka #ceileh. 

Sudah enam tahun saya tinggal tidak bersama orang tua, saya tiga tahun ngekost di Depok karena kuliah, dan sudah tiga tahun juga ngekos di Cilandak karena bekerja. Sejujurnya saya suka tinggal jauh dari orang tua, tidak perlu ada yang mengatur kehidupan saya (mau ngapain kek, terserah!); namanya juga anak muda kan. hehehe.. tapi jujur juga, saya kesepian, saya kost sebagai karyawati, pulang malam, tidak bisa ngobrol dengan teman kost (selain tidak akrab, mereka juga pulang malam, sama seperti saya), kadang merasa sendirian ditengah kehidupan yang ramai ini... langsung kangen Ibu juga tentunya..:)

Di kost, saya terkadang hanya bisa nonton, dan untuk mengimbangi hobi menonton film saya di kosan (sehari bisa download 2-3 film), saya sisipkan dengan membaca, saya punya cukup banyak novel di rumah dan kost (tapi tidak sebanyak koleksi komik saya tentunya!). 

Dalam kegelisahan, setelah sendirian wandering di Gramedia PIM, saya teringat bahwa di Path teman-teman saya sedang suka membaca sebuah novel berjudul Dilan. saya pun penasaran untuk membaca novel ini tanpa melihat resensi sebelumnya. Setelah membayar novel Dilan, Agatha Christie: A murder is announced dan sebuah komik berjudul 100 days of tears, saya langsung bingung..mana duluan yang mau dibaca..

Jajanan kemarin
Sudah malam, akhirnya saya baca Agatha Christie terlebih dahulu, namun setelah beberapa penggal kalimat, saya putuskan untuk membaca Dilan. Entah mengapa..

Dalam waktu sekitar 2-3 Jam, saya tertawa terkikik, senyum-senyum sendiri, kadang nyengir sambil gegulingan. Dalam waktu 3 jam saja, Pidi Baiq (penulis), telah berhasil membuat saya jatuh cinta dengan Dilan, membawa saya berimaji dan mengingat situasi tahun 90an (saya lahir 89, jadi mas Dilan SMA, saya baru ultah pertama. hehehehe). 

Saya juga dibawa mengerti perasaan Milea saat itu, saya seperti menjadi Milea yang jatuh cinta dengan segala ke-absurdan pengungkapan cinta Dilan. Bahasa yang digunakan oleh Pidi Baiq sangat lugas, pembaca mudah mengerti apa yang diceritakan, walaupun banyak bahasa tidak baku yang menurut saya agak ganggu jika diselipkan di sebuah kalimat yang sangat formal. Tapi itu tidak berpengaruh besar, saya suka bukunya, SAYA CINTA DILAN!

Membaca Dilan membuat saya mengingat kapan terakhir kali saya merasakan bagaimana rasanya malu-malu-tapi-mau-nya jatuh cinta, sudah 7 tahun yang lalu ternyata saat terakhir saya merasakan hal itu.. namun dari tujuh tahun itu hingga sekarang, saya tidak berhenti untuk jatuh cinta dengannya.. belum bisa berhenti, tepatnya. :) #eaacurcol

Dari banyak blog resensi yang saya baca setelah saya membaca Dilan, banyak kesamaan yang didapat, yaitu penulis bisa membuat mood pembaca jadi baik setelah selesai membaca, kita merasa senang walau "hanya" disuguhi cinta sederhananya abg dengan latar Bandung.

Tidak sabar rasanya menunggu Seri 2 dari Dilan. kemarin malam, kata mas Gramedia beberapa hari dari sekarang seri dua akan rilis! Tidak sabar! 


Judul: Dilan (Dia adalah Dilanku tahun 1990)
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books (Mizan Group)
Tahun Terbit: 2014
Jumlah hal.: 330 hal

0 comments